Jumat, 19 April 2019

Misteri Indonesia Awal Periode Masehi (Sejarah Peradaban Insan Indonesia Di Awal Periode Masehi)

PENGANTAR DARI EDITOR:
Buku Babad Misteri Kabut Caringin Kurung
Faridhal Attros Al Kindhy Asy'ari

INI ADALAH BUKU LUAR BIASA! Betapa tidak? Buku ini menceritakan sejarah Indonesia dalam rentang 9 kurun mulai dari kurun 4 Sebelum Masehi (SM) hingga kurun ke 5 Masehi. Sampai dikala ini, tidak ada rujukan yang terperinci wacana kondisi kehidupan masyarakat Indonesia pada waktu itu, kecuali catatan yang tidak lengkap wacana kerajaan tertua di Indonesia yaitu Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dan Kutai di Kalimantan Timur. Buku Babad Misteri Kabut Caringin Kurung ini memang menceritakan nenek moyang dari dua kerajaan tadi, dalam a bahasa yang sangat-sangat gampang dipahami. Sehingga tidak heran bila ada yang menyebutnya sebagai novel sejarah.

Bila Buku Negara Kertagama goresan pena Mpu Tantular dianggap sebagai sumber sejarah Kerajaan Majapahit pada kurun 12 – 13 Masehi, maka buku ini lebih dari itu. Buku Babad Misteri Kabut Caringin Kurung, goresan pena PENULIS (Faridhal Attros Al Kindhy Asy'ari) ini menceritakan kehidupan yang lebih kuno lagi. Bahkan rencananya, setelah buku ini, akan diterbitkan buku-buku lainnya yang mengungkapkan sejarah atau kehidupan bangsa ini hingga para periode terakhir, termasuk era penjajahan Belanda dan Jepang.

Dalam buku Babad Misteri Kabut Caringin Kurung ini kita bisa mengetahui banyak hal yang sebelumnya tidak kita ketahui, misalnya:

1. Nenek moyang bangsa kita ternyata berasal dari keturunan Manusia Yaksa (yang bisa dianggap sebagai penduduk orisinil Nusantara) yang kemudian melaksanakan perkawinan dengan
keturunan India dan Cina. Dalam buku ini diceritakan postur badan dari insan Yaksa, sikap dan kehidupan sehari-sehari mereka. Manusia Yaksa ini sudah berada di Nusantara semenjak 10.000 tahun sebelum tahun Saka. Bahkan diceritakan juga kehidupan insan purba sekitar sejuta tahun yang lalu, Manusia Buncang, yang berperilaku menyerupai hewan. Siapa yang bisa menceritakan wacana insan purba kita?

2. Sebelum Kerajaan Tarumanegara ataupun Kutai berkuasa di Nusantara ini ada kerajaan besar lain, yaitu Kerajaan Caringin Kurung yang berada di Puncak Manik, Gunung Handalus (yang kini dikenal sebagai Gunung Salak, Bogor). Inilah nenek moyang dari bangsa Indonesia. Karena ternyata Raja Mulawarman dari Kerajaan Lunggai (sekarang disebut Kutai)
ialah keturunan dari Raja Caringin Kurung ke – 4 dan dia ialah mertua dari Raja Purnawarman dari Tarumanegara. Era Kerajaan Caringin Kurung ini merentang semenjak Raja Caringin Kurung ke-I hingga XIII, dari kurun 4 sebelum Masehi hingga kurun 2 setelah Masehi. Ini ada periode terlama suatu dinasti berkuasa, yaitu selama 6 kurun atau 600 tahun, alasannya ialah baik Dinasti Majapahit, ataupun Mataram tidak pernah berkuasa secara efektif lebih dari 2 abad. Atas dasar ini keyakinan yang dipercaya dikala ini yang menyampaikan orang Jawa lebih renta dari orang Sunda ialah tidak benar, alasannya ialah terbukti nenek moyang orang Jawa justru berasal dari Bogor, Jawa Barat.

3. Buku ini mengungkapkan bahwa pada masa awal kurun Masehi, nenek moyang kita sudah memiliki bahasa baca tulis, yaitu Bahasa Karan dengan Huruf Darung. Bahkan kamus singkat Bahasa Karan – Indonesia juga disertakan dalam Buku Babad Misteri Kabut Caringin Kurung ini, untuk memperlihatkan citra kepada kita wacana Bahasa Karan ini menyerupai apa, termasuk huruf Aksara Darung-nya. Huruf atau Aksara Darung benar-benar orisinil Indonesia dan dalam perkembangan selanjutnya saling mensugesti dengan Huruf Palawa. Sehingga tidak heran banyak hebat sejarah resah membaca prasasti kuno yang ada, alasannya ialah tulisannya bukan hanya berhuruf Palawa tetapi juga berhuruf Darung yang tidak dikenal oleh para hebat sejarah. Struktur
Bahasa Karan sendiri sama dan menyerupai dengan struktur Bahasa Indonesia kini ini. Ini sesuatu yang masuk akal alasannya ialah bahasa Indonesia memang merupakan metamorfosis dari Bahasa Karan. Melalui Buku ini, dimana kamus Terjemahan Bahasa Karan dan Indonesia disertakan, terbuka kemungkinan untuk menghidupkan kembali Bahasa Karan sehingga bisa dipakai dalam percakapan sehari-hari dikala ini.

4. Ternyata Agama Hindu justru berkembang di Indonesia terlebih dulu, sebelum kemudian menyebar meluas di India. Pada kurun ke 4 – 5 Masehi, baik di era Kerajaan Tarumanegara ataupun Kerajaan Lunggai, dimana rajanya merupakan pemeluk Agama Syiwa yang fanatik, ternyata binatang sapi waktu itu belum menjadi mahluk yang sakral menyerupai kini ini oleh pemeluk Agama Hindu, alasannya ialah mereka justru melaksanakan kurban dengan ratusan sapi. Walaupun demikian Raja-raja Caringin Kurung tetap saja berpegang kepada keyakinan nenek moyangnya yaitu mempercayai Animisme yang percaya kepada kekuatan alam makrokosmos maupun mikrokosmos.

5. Buku ini menceritakan pula wacana kehebatan dan kesaktian nenek moyang kita, termasuk awal muasalnya suatu ilmu. Bukan hanya itu, bahkan nama ilmu dari masing-masing tokohpun diuraikan dengan sangat jelas. Termasuk contohnya wacana legenda Ratu Galuh yang bisa terbang mendatar menyerupai tokoh Superman dalam dongeng budaya Barat, ataupun kehebatan Prabu Sedah Renggana (yang kemudian dikenal sebagai Prabu Siliwangi) yang dalam usia 9 tahun telah bisa menaklukan Raja Siluman Harimau. Atau Prabu Langgatamaran yang dengan sangat mudahnya bisa mengalahkan tokoh jahat dari Timur Tengah. Belum lagi wacana asal mulanya Ilmu Santet dan siapa tokoh utamanya.

6. Dalam buku ini silsilah para raja-raja ditulis dengan sangat rinci. Sesuatu yang bahkan dalam buku sejarah resmi sekalipun tidak ada dan tidak bisa lakukan. Bahkan tahun lahir, ataupun masa pemerintahan siapa dari tahun berapa hingga berapa. Ini memang buku sejarah, sehingga silsilah nenek moyang Raja Kutai di Kalimantan Timur bisa dilacak hingga ke era Kerajaan Caringin Kurung di Jawa Barat dalam rentang waktu 100 – 200 tahun sebelumnya.

7. Sesuatu yang semula dianggap dongeng rakyat, ternyata berasal dari insiden yang sebetulnya dan bisa diketahui dengan sangat terperinci dan lengkap. Kisah Nyi Blorong, contohnya selama ini dianggap hanya dongeng semata. Dalam buku ini dijelaskan bahwa Nyi Blorong ialah sebutan untuk Nyimas Dewi Anggatari, anak dari Nyimas Dewi Rangkita (yang dikenal sebagai Ratu Galuh), anak dari Nyimas Dewi Anggista, putri bungsu dari Raja Caringin Kurung ke-XI, Prabu Jaya Cakra. Bukan hanya itu, buku ini mengungkapkan secara rinci kehidupan dari semenjak kecil hingga mengapa dia kemudian dikenal sebagai Nyi Blorong yang bisa memperlihatkan kekayaan atau pesugihan ngipri. Makara kisahkisah wacana Nyi Blorong yang dikenal dikala ini, contohnya disebutkan dia ialah anak dari Nyi Roro Kidul, ialah suatu kebohongan yang nyata.

8. Buku ini juga menceritakan uraian yang sangat rinci wacana Pusaka Keris dan Kujang. Mulai dari jenis-jenisnya, proses pembuatannya, serta tuah dari masing-masing pusaka. Bahkan hebat keris di jaman kini ini sekalipun tidak akan tahu asal muasalnya keris ataupun pusaka lainnya, termasuk contohnya siapa yang pertama kali membuatnya.

9. Tidak itu saja. Buku ini juga menceritakan siapa nenek moyang dari suatu kawasan atau kota, termasuk nama kunonya kota tersebut. Sehingga kita yang berasal dari suatu kawasan dengan sangat gampang akan mengetahui siapa sebetulnya nenek moyang kita dan berasal dari mana. Misalnya nama kota Bogor dulunya berjulukan Boggorang, yang berarti tempat pertemuan dalam Bahasa Karan. Siapa yang tahu bahwa nama kuno dari Tangerang ialah Magapata. Atau Kalabah sebagai nama kuno dari Serang? Atau siapa yang tahu nama Gunung Merapi di Jawa Tengah pada awal kurun Masehi? Gunung Klangi!!

10. Yang luar biasa, siapa yang bisa memperlihatkan gambar dari masing-masing tokoh utama sejarah selain di buku ini. Termasuk citra menyerupai apa Istana Caringin Kurung atau Istana Tarumanegara. Atau menyerupai apa citra tokoh Ki Sambakala, Patih penghianat yang iri dan benci kepada Patih Ki Badranaya, yang turut serta menghancurkan Kerajaan Tarumanegara.

11. Dan banyak lagi hal lainnya, tetapi lebih dari itu semuanya, buku ini sangat lezat dibaca dan menarik. Seluruh kehidupan insan diceritakan dengan sempurna, mulai dari kisah cinta, kebencian, harapan, putus asa, ketabahan, misteri dan lainnya. Bahkan banyak dijumpai kisah cinta dramatis yang tidak kalah atau bahkan lebih seru dari kisah klasik yang selama ini dikenal menyerupai Romeo and Juliet, misalnya. Dijamin anda tidak ingin berhenti hingga seluruh seribu halaman dan lebih ini bisa dibaca sekaligus.

BUKU INI MEMANG MENARIK, alasannya ialah ditulis oleh PENULIS, seorang tokoh utama spiritualisme Islam. Hanya atas dasar latar belakang keilmuan penulis sajalah, buku ini bisa direalisasikan. Tetapi justru alasannya ialah itulah buku ini menjadi sangat menarik. Selain hasil tulisannya, proses penulisan bukunya sendiri merupakan suatu kisah yang sangat menarik untuk diceritakan. Buku sejarah pada umumnya ditulis menurut bukti-bukti yang ada. Mungkin dari peninggalan atau gejala yang dijumpai, atau berdasar catatan-catatan yang kemudian di interpretasikan. Interpretasi atau pandangan subyektif penulis sejarah menjadi penting alasannya ialah seringkali bukti-bukti yang ada tidaklah runtun ataupun lengkap. Contohnya dalam masalah penentuan lokasi Kerajaan Tarumanegara berdasar prasasti yang ditemukan. Hanya saja alasannya ialah jumlah prasastinya banyak ditemukan di banyak tempat maka para hebat sejarah mengalami kebingungan dalam menetapkan lokasi kerajaan. Padahal pada kenyataannya Raja Purnawarman memang menciptakan banyak prasasti di batas-batas kerajaannya serta tempat-tempat penting lainnya. Kerajaannya sendiri berada di sekitar Ciaruteun Ilir, disekitar Ciampea - Bogor.

Lain dengan metoda yang dipakai para hebat sejarah, penulis buku ini, memakai pendekatan yang sangat berbeda sekali. Penulis “memanggil” pelaku sejarah dan memintanya bercerita wacana apa yang sesungguhnya terjadi. Tentu saja dalam beberapa kasus, contohnya kisah wacana seseorang sewaktu masih kecil yang tentu dia tidak ingat apa yang terjadi, maka dalam hal ini si ibunyalah yang diminta untuk menceritakan apa yang terjadi dengan anaknya tadi. Kemudian penulis menceritakan ulang kepada kami yang eksklusif kami ketik di komputer. Penulisan sejarah dengan memakai pendekatan ini tentulah sangat akurat, alasannya ialah sumbernya berasal dari data primer, bukan data sekunder, yaitu dari si pelakunya sendiri. Bukankah tidak ada yang lebih mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi, selain tentunya mereka yang mengalami kejadiannya itu sendiri? Permasalahannya ialah siapa yang bisa memanggil si pelaku sejarah, padahal si tokoh sejarah berada di jaman yang lain, yang bisa saja jaraknya ribuan tahun yang lalu. Selain tentunya juga berada di lokasi yang lain, yang jaraknya bisa saja ribuan kilometer terpisahnya.

Disinilah keunggulan penulis. Sebagai seorang tokoh utama spiritualisme Islam, penulis menguasai dengan sangat baik seluruh ilmu-ilmu yang berlandaskan aliran dan tuntunan Agama Islam, yang tertulis di dalam Al Qur’anul Kariim. Penulisan sejarah menyerupai ini bukanlah semacam seminar dimana para hebat sejarah diundang dari aneka macam negara, tetapi lebih merupakan seminar yang dihadiri oleh para pelaku sejarah yang tiba dari aneka macam jaman. Atau dengan memakai logika yang sama, hal ini sama dengan perjalanan penulis ke masa lampau untuk mengumpulkan bahanbahan tulisannya.

Membayangkan hal menyerupai ini, untuk kita yang hidup di jaman serba materialistis menyerupai kini ini, tentulah bukan hal yang mudah. Kita ini semakin jauh dari semangat ataupun pengetahuan wacana spiritualisme, apalagi akar pendidikan kita lebih banyak berasal dari Barat yang memang sangat materialistis, sedangkan ilmu-ilmu spiritualisme yang dipakai oleh penulis, justru berasal dari akar ilmu ghoib keislaman. Bahkan buat mereka yang sudah mempelajari ilmu ghoib dalam beberapa tahunpun, kemampuan penulis menyerupai ini, tetap sangat-sangat mencengangkan dan mengagumkan.

Memanggil “ruh”, sudah umum diketahui, walaupun untuk beberapa kelompok masyarakat hal inipun tetap gres dalam tahapan teoritis, tetapi memanggil para tokoh sejarah, yang berpredikat Raja dan Ratu – bukan lagi peringkat Embah atau Eyang, yang tentunya sangat pandai dan sakti-sakti, tentu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki kemampuan yang lebih mumpuni dari mereka. Sehingga para tokoh bisa dipaksa untuk datang. Meminta mereka bercerita, kemudian mengkonfirmasikan seluruh ceritanya, sehingga menjadi masuk kebijaksanaan dan tidak bertolak belakang.

Makara sangat terperinci buku ini merupakan suatu hasil karya dari orang yang memiliki ilmu yang sangat-sangat luar biasa. Penulis, bukan saja merupakan tokoh utama spiritualisme Islam, tetapi terlebih ialah seorang Guru Besar yang memiliki murid jutaan orang yang tersebar di seluruh Nusantara, maupun potongan dunia lainnya. Sehingga apa yang dituliskannya di dalam buku ini menjadi sesuatu yang masuk akal saja bagi beliau. Buat kami yang membantu penulis, proses pembuatan buku ini benar-benar merupakan pengalaman spiritual yang menarik. Penulis seringkali duduk bersama kami di depan komputer, sementara saya (ataupun teman lainnya yang membantu) menekan tuts keyboard komputer, penulis dengan sangat santainya “bercerita”. Ini benar-benar bercerita, menyerupai orang renta bercerita kepada anaknya sebelum tidur. Hanya saja yang diceritakan merupakan suatu seri insiden yang sangat-sangat lengkap. Komplit dengan silsilah, tahun kejadian, serta latar belakang mengapa insiden itu terjadi. Memang seringkali penulis termangu sesaat, dan kamipun membisu tidak berani bertanya apapun, alasannya ialah kami tahu penulis sedang melaksanakan obrolan atau komunikasi secara ghoib dengan pelaku sejarah. Seringkali kami juga mencicipi “kehadiran” si pelaku sejarah. Tidak hanya dalam bentuk rasa atau sir, dimana bulu roma berdiri, tetapi juga seringkali dalam bentuk wujud bayangan-bayangan orang yang berada di sekitar kami. Mungkin tidak terbayangkan, penulis, bisa bercerita, dari pagi hingga tengah malam. Itu artinya lebih dari 18 jam sehari!!! Kami sudah kelenger, dan bisa bergantian beberapa orang untuk mengetikkan, sementara dia tetap bersemangat dan terus bercerita. Dan proses penulisan ini berjalan lebih dari setahun, dengan intensitas menyerupai itu. Luar biasa!!!

Jujur saja, kami sangat bahagia dan antusias mendengarkan dongeng penulis, alasannya ialah apa yang kami dengar ialah hal yang baru. Bukankah ini ialah terbukanya tabir masa lampau? Dan kami ialah orang kedua yang tahu setelah beliau. Kami serasa pergi sendiri ke masa lampau. Pada dikala penulis menceritakan kisah Putra Mahkota Raja Tarumanegara (Pangeran Jaya Rangkala) yang bersembunyi di kolong rumah menunggu kekasihnya (Nyi Ranjali), seakan kamilah yang berada di kolong rumah dengan penuh harap dan kecemasan. Pada dikala kisah Nyi Blorong selesai ditulis, kami semua sangat prihatin dan ikut murung dengan perjalanan hidupnya yang penuh penderitaan. Simpati kami, kami berikan kepada Dewi Anggista dan Pangeran Saka Waskita, dikala saudara-saudara tuanya memusuhi dan merendahkan mereka. Kami ikut murung dikala Pangeran Mada Setra tidak direstui ayahnya, Prabu Langgatamaran, untuk menikah dengan Putri Raban. Betapa tidak murung bila mereka dikutuk tidak punya anak, dan harus menunggu hampir 400 tahun lebih untuk punya anak. Itupun mereka sudah dalam wujud ruh, sehingga anaknya harus dititipkan kepada sepasang petani, alasannya ialah mustahil sepasang ruh mengasuh anak bayi manusia. Kami juga jengkel dengan Prabu Lawaka Dangga, adik dari Prabu Sedah Renggana, yang mengakibatkan pertempuran dengan Prabu Kian Santang, anak Prabu Sedah Renggana. Bahkan kamipun “bersimpati” dengan beberapa tokoh hitam dalam buku ini. Sanghyang Jagad Pramundita menjadi jahat alasannya ialah orang tuanya dibunuh secara kejam. Ki Danggili (tokoh awal pesugihan Banggul) bermetamorfosis jahat alasannya ialah keluarganya dibantai dan dihinakan.

Kisah dalam buku ini memang sangat “menghanyutkan”. Kami kecewa dan murung dengan hancurnya Kerajaan Kutai maupun Kerajaan Tarumanegara. Betapapun, bagaimanapun kondisi
kelakuan mereka dikala hidup, mereka ialah nenek moyang kita. Kami bisa hidup kini alasannya ialah mereka pernah ada. Rasanya tidak pantas kami menghakimi apalagi menyalahkan pilihan hidup mereka, sementara kami tahu latar belakang pilihan mereka. Kami hanya bisa maklum dan mencoba mengerti apapun pilihan mereka. Siapa yang bilang kami akan lebih baik dari mereka, bila kami menghadapi insiden dan pilihan yang sama? Bukankah itu hakikat dari sejarah? Kita insan harus berguru dari kesalahan insan lainnya, yang mungkin saja mereka
justru orang tua, nenek atau bapak moyang kita. Kami merasa pesan itulah yang ingin disampaikan oleh penulis, biar insan kini berguru dari insan masa lampau. Bukankah kita bisa menghindari perbuatan buruk bila kita tahu mana yang buruk dan mana yang baik? Bukankah sebelum kita tahu kita mau pergi kemana, kita harus tahu lebih dahulu kita ini berasal dari mana? Buat apa kita selalu bertengkar, bukankah kita ini sebetulnya berasal dari satu nenek moyang. Kita ini masih satu darah? Bukankah masa depan itu merupakan potongan dari masa lampau? Kami yakin para pembaca akan mencicipi apa yang kami rasakan, setelah membaca seluruh 1400 halaman lebih buku ini. Kami paham bahwa tidaklah gampang untuk meyakini dan mendapatkan seutuhnya bahwa buku ini ialah buku sejarah. Bahwa buku ini menceritakan fakta dan insiden sesungguhnya. Kalau memang anda tidak beropini menyerupai itu, tak apa. Mari kita lupakan sisi sejarahnya. Tetapi saya yakin satu hal, bahwa buku ini ialah buku yang sangat menarik untuk dibaca. Saya sudah mengeditnya berkali-kali; saya sudah membacanya lebih dari 10 kali, akan tetapi tetap saja saya sangat bahagia membacanya lagi.

Ada banyak kisah terputus yang belum tuntas diceritakan dalam Buku Babad Misteri Kabut Caringin Kurung ini. Misalnya wacana kehidupan Prabu Sedah Renggana maupun Prabu Kian
Santang, yang hanya diceritakan sedikit saja. Begitu juga perihal kelanjutan Kerajaan Caringin Kurung, mengapa ujungnya harus dipimpin oleh seorang wanita, Nyimas Dewi Saraswati, sebagai Raja Caringin Kurung ke-XIII.

Seperti juga anda, pembaca, kamipun sangat berharap penulis, bersedia mengungkap seluruh insiden sejarah bangsa ini. Agar semuanya menjadi jelas. Sebab contohnya sulit mendapatkan kenyataan mengapa bangsa Belanda yang jumlahnya sedikit bisa-bisanya menguasai bangsa ini selama lebih dari 3,5 abad. Pasti ada sesuatu yang kita tidak tahu, sehingga bangsa ini gampang diadu domba oleh bangsa lain. Apa yang dituliskan oleh PENULIS , merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi bangsa ini. Kita bisa tahu lebih jelas, siapa, mengapanya bangsa ini. Saya yakin buku ini akan tetap dibaca oleh anak cucu kita, mungkin hingga 100 atau 1000 tahun mendatang atau lebih. Bukankah mengetahui sejarah atau masa lampau itu berarti mengetahui siapa jati diri kita ini? Dan kalau sudah mengetahui siapa jati diri kita, maka kitapun akan mengetahui siapa Tuhan kita dengan sebenar-benarnya.***

Pengantar oleh:
LISMAN SUMARDJANI, ir, MBA
Editor Penulisan Buku
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

STATISTIK PENGUNJUNG

BANNER BOARD

Flag Counter

Follow Me

SUPPORTED BY

SafelinkU | Shorten your link and earn money
ClickSense | Make Money Taking Surveys‎
Adf.ly | Earn money for each visitor to your shortened links
Subcribe Me | Subcribe My Youtube Channel
Payoneer | International Online Payments: Quick, Secure & Low Cost
MSD |Masduqi Studio Developer

Blog Archive